Inilah Beberapa Jenis dari Komplikasi Atrial fibrillation – Atrial fibrillation (AFib) atau atrial fibrilasi adalah jenis aritmia mahjong (kondisi ketika irama jantung tidak teratur) yang membuat detak jantung sangat cepat. AFib perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan komplikasi berupa pembekuan darah di jantung, serta meningkatkan risiko stroke, gagal jantung, dan komplikasi terkait jantung lainnya. Atrial fibrilasi adalah kondisi ditandai dengan irama jantung yang tidak teratur dan cenderung sangat cepat. Pada kondisi ini, atrium (ruang jantung bagian atas), berdetak secara tidak teratur dan tidak sinkron dengan ruang jantung bagian bawah atau ventrikel. Dalam keadaan normal, detak jantung manusia berkisar antara 60–100 beats per minute (bpm). Sedangkan pada kondisi AFib, detak jantung lebih cepat dari kondisi normal dan tidak teratur. AFib merupakan aritmia yang paling sering ditemui dalam praktik sehari-hari, dengan prevalensi sekitar 1–2%. Pada beberapa orang, kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, sebagian lainnya dapat mengalami sejumlah keluhan, seperti jantung berdebar, sesak napas, dan pusing. Atrial fibrilasi adalah penyakit berbahaya karena dapat meningkatkan risiko kematian sebesar 1,5–3,5 kali lipat dan meningkatkan risiko terjadinya stroke sebesar lima kali lipat. Adapun beberapa komplikasi akibat atrial fibrilasi adalah sebagai berikut:
Kardiomiopati
Komplikasi atrial fibrilasi selanjutnya adalah kardiomiopati. AFib dapat menyebabkan ventrikel berdetak lebih cepat untuk memompa darah keluar dari jantung. Ventrikel yang berdetak terlalu cepat dalam waktu lama akan membuat otot jantung terlalu lemah untuk memompa cukup darah ke tubuh. Kondisi inilah yang disebut sebagai kardiomiopati.
Gagal Jantung
Komplikasi berikutnya akibat atrial fibrilasi adalah gagal jantung. Kondisi ini terjadi ketika jantung tidak bisa memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. AFib menyebabkan jantung berdetak cepat dan tidak teratur sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan slot deposit 10 ribu baik ke seluruh tubuh. Fibrilasi atrium dapat menyebabkan gagal jantung melalui mekanisme peningkatan tekanan atrium, peningkatan beban volume jantung, disfungsi katup jantung dan katup pembuluh darah, serta dan stimulasi neurohormonal yang kronis.
Beberapa gejala gagal jantung hampir mirip dengan AFib. Gejala tersebut meliputi sesak napas, mudah lelah, dan jantung berdebar-debar. Hal ini membuat penderita AFib kerap tidak menyadari bahwa ia sedang mengalami gagal jantung. Melakukan pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi masalah ini sejak dini.
Penurunan Fungsi Kognitif dan Demensia
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pasien AFib diketahui memiliki nilai yang lebih buruk dalam tes mini mental state examination (MMSE) dibandingkan orang yang tidak mempunyai kondisi tersebut. Salah satu hubungan penurunan fungsi kognitif dan demensia dengan atrial fibrilasi adalah meningkatnya risiko stroke akibat AFib yang bisa merusak otak, serta berkurangnya aliran darah yang kaya akan oksigen ke bagian otak. Selain itu, obat obatan yang diberikan sebagai tatalaksana AFib, seperti obat antikoagulan, juga dapat menyebabkan munculnya perdarahan kecil di otak.
Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kondisi di mana fungsi ginjal menurun secara bertahap selama 3 bulan atau lebih, mengakibatkan ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring racun dan kotoran dari tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi dan, pada tahap lanjut, memerlukan tindakan seperti cuci darah (hemodialisis) maupun transplantasi ginjal dalam kondisi yang lebih serius. Atrial fibrillation (AFib) dapat menyebabkan situs slot resmi gagal ginjal kronis dengan mekanisme yang mirip dengan penyebab stroke. Trombus (gumpalan darah) yang terbentuk akibat AFib dapat menyumbat pembuluh darah di ginjal, menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal. Selain itu, AFib juga memicu inflamasi sistemik dan meningkatkan stres oksidatif, yang berdampak negatif pada kesehatan ginjal.
Stroke
Orang dengan AFib memiliki risiko lebih tinggi terserang stroke. Tidak hanya itu, penderita AFib juga cenderung bisa mengalami stroke yang lebih parah disertai komplikasi serius, bahkan kemungkinan kematiannya juga lebih tinggi. Risiko ini muncul karena selama episode AFib, atrium jantung berkontraksi secara tidak teratur dan bergetar dengan cepat (fibrilasi).
AFib menyebabkan aktivitas kontraksi otot jantung bagian atrium menjadi tidak teratur yang ditandai dengan kecepatan penurunan aliran darah atrium. Hal ini akan menyebabkan aliran darah menjadi tidak bergerak (statis) dan memudahkan terbentuknya gumpalan darah (trombus).
Trombus pada jantung dapat lepas dari dinding pembuluh darah keluar dari ventrikel kiri dan mengikuti aliran situs slot darah menuju ke pembuluh darah besar aorta. Sebagian besar darah ventrikel kiri ini akan mengalir menuju ke otak melalui arteri karotis komunis. Apabila trombus menyumbat arteri pada otak, hal tersebut dapat menyebabkan stroke.
Stroke bisa menyebabkan otak kekurangan oksigen dan memicu kematian sel-sel otak. Kondisi ini tergolong dalam kegawatdaruratan yang bisa mengakibatkan kecacatan parah, seperti kelumpuhan, kebutaan, dan gangguan kognitif, bahkan mengancam nyawa.